PETUNJUK
DAN KESESATAN
Petunjuk (al-huda) menurut bahasa sama dengan ar-rasyad (petunjuk) dan ad-dilalah (petunjuk). Orang sering mengatakan hudaahu liddin, yaitu dia menunjukkan kepada petunjuk, atau hadaituhu ath-thariiqi wa al-baiti hidaayatan ‘arraftuhu, yaitu aku menunjukinya jalan dan rumah sesuai dengan petunjuk yang telah aku ketahui. Sedangkan kesesatan (adl-dlalal) adalah kebalikan dari arrasyad (petunjuk). Hidayah menurut syara’ adalah mendapat petunjuk dari Islam dan beriman dengannya. Sementara dlalal menurut syara’ adalah melenceng dari Islam. Sabda Rasulullah saw:
وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـٰمٍ۬ لِّلۡعَبِيدِ (٤٦)
Dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya. (TQS. Fushshilat [41]: 46)
وَمَآ أَنَا۟ بِظَلَّـٰمٍ۬ لِّلۡعَبِيدِ (٢٩)
Dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku. (TQS. Qaaf [50]: 29)
Hanya saja terdapat ayat-ayat yang menunjukkan penisbahan hidayah dan dlalal itu kepada Allah Swt, sehingga bisa dipahami dari ayat tersebut bahwa hidayah dan dlalal bukanlah dari hamba melainkan dari Allah Swt. Namun, ada pula ayat-ayat lain yang menunjukkan penisbahan hidayah dan dlalal itu kepada hamba (manusia) sehingga dapat dipahami bahwa hidayah dan dlalal adalah dari hamba. Karena (kenyataannya) demikian maka ayat-ayat yang pertama dan yang kedua harus dipahami dengan pemahaman yang syar’i. Yaitu harus dipahami realita penetapan yang telah disyari’atkan. Tampak jelas bahwa penisbahan hidayah dan dlalal kepada Allah Swt memiliki pengertian yang berbeda dengan pengertian penisbahan hidayah dan dlalal kepada hamba. Masing-masing dari keduanya menguasai sisi yang berbeda dengan sisi yang dikuasai oleh yang lain. Dengan demikian pengertian secara tasyri’ menjadi sangat jelas. Memang benar bahwa ayat-ayat yang menisbahkan hidayah dan dlalal kepada Allah sangat jelas. Allah-lah yang memberi hidayah dan kesesatan. Firman Allah:
قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَہۡدِىٓ إِلَيۡهِ مَنۡ أَنَابَ (٢٧)
Katakanlah: ‘Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya.’. (TQS. ar-Ra’d [13]: 27)
فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَہۡدِى مَن يَشَآءُۖ
Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. (TQS. Faathir [35]: 8)
وَلَـٰكِن يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِى مَن يَشَآءُۚ
Tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (TQS. an-Nahl [16]: 93)
فَمَن
يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهۡدِيَهُ ۥ يَشۡرَحۡ صَدۡرَهُ ۥ لِلۡإِسۡلَـٰمِۖ
وَمَن يُرِدۡ أَن يُضِلَّهُ ۥ يَجۡعَلۡ صَدۡرَهُ ۥ ضَيِّقًا حَرَجً۬ا
ڪَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى ٱلسَّمَآءِۚ
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. (TQS. al-An’am [6]: 125)
مَن يَشَإِ ٱللَّهُ يُضۡلِلۡهُ وَمَن يَشَأۡ يَجۡعَلۡهُ عَلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬ (٣٩)
Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. (TQS. al-An’am [6]: 39)
قُلِ ٱللَّهُ يَہۡدِى لِلۡحَقِّۗ
Katakanlah: ‘Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran’. (TQS. Yunus [10]: 35)
وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَٮٰنَا لِهَـٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَہۡتَدِىَ لَوۡلَآ أَنۡ هَدَٮٰنَا ٱللَّهُۖ
Dan mereka berkata: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk’. (TQS. al-A’raf [7]: 43)
مَن يَہۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُ ۥ وَلِيًّ۬ا مُّرۡشِدً۬ا (١٧)
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk. Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (TQS. al-Kahfi [18]: 17)
إِنَّكَ لَا تَہۡدِى مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ يَہۡدِى مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ (٥٦)
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. (TQS. al-Qashash [28]: 56)
فَمَنِ
ٱهۡتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَہۡتَدِى لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا
يَضِلُّ عَلَيۡہَاۖ وَمَآ أَنَا۟ عَلَيۡكُم بِوَڪِيلٍ۬ (١٠٨)
Sebab itu, barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu. (TQS. Yunus [10]: 108)
لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا ٱهۡتَدَيۡتُمۡۚ
Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. (TQS. al-Maidah [5]: 105)
فَمَنِ ٱهۡتَدَىٰ فَلِنَفۡسِهِۦۖ
Siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri. (TQS. az-Zumar [39]: 41)
وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ (١٥٧)
Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (TQS. al-Baqarah [2]: 157)
وَقَالَ ٱلَّذِينَ ڪَفَرُواْ رَبَّنَآ أَرِنَا ٱلَّذَيۡنِ أَضَلَّانَا مِنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ
قُلۡ إِن ضَلَلۡتُ فَإِنَّمَآ أَضِلُّ عَلَىٰ نَفۡسِىۖ
فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ ڪَذِبً۬ا لِّيُضِلَّ ٱلنَّاسَ بِغَيۡرِ عِلۡمٍۗ
رَبَّنَا لِيُضِلُّواْ عَن سَبِيلِكَۖ
وَمَآ أَضَلَّنَآ إِلَّا ٱلۡمُجۡرِمُونَ (٩٩)
وَأَضَلَّهُمُ ٱلسَّامِرِىُّ (٨٥)
رَبَّنَا هَـٰٓؤُلَآءِ أَضَلُّونَا
وَدَّت طَّآٮِٕفَةٌ۬ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَـٰبِ لَوۡ يُضِلُّونَكُمۡ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ
إِنَّكَ إِن تَذَرۡهُمۡ يُضِلُّواْ عِبَادَكَ
مَن تَوَلَّاهُ فَأَنَّهُ ۥ يُضِلُّهُ ۥ وَيَہۡدِيهِ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ (٤)
وَيُرِيدُ ٱلشَّيۡطَـٰنُ أَن يُضِلَّهُمۡ (٦٠)
Maka manthuq ayat-ayat ini memiliki penunjukan yang jelas bahwa manusialah yang melakukan hidayah dan dlalal sehingga dia menyesatkan dirinya dan orang lain, begitu pula syaitan yang juga menyesatkan. Jadi, terdapat penisbahan hidayah dan dlalal kepada manusia dan syaithan. Dan manusia memperoleh hidayah dan kesesatan dari dirinya. Ini merupakan indikasi yang menunjukkan bahwa penisbahan hidayah dan dlalal kepada Allah bukanlah penisbahan yang bersifat langsung, akan tetapi penisbahan (terhadap) penciptaan. Jika anda menyusun ayat-ayat dengan sebagian (ayat-ayat) yang lain dan memahaminya dengan pemahaman yang bersifat tasyri’, maka jelas bagi anda adanya pemalingan masing-masing ayat tersebut kepada sisi yang lainnya. Satu ayat menyatakan:
قُلِ ٱللَّهُ يَہۡدِى لِلۡحَقِّۗ
Maka ayat yang lain menyatakan:
فَمَنِ ٱهۡتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَہۡتَدِى لِنَفۡسِهِۦۖ
Ayat yang pertama menunjukkan bahwa Allah yang memberi petunjuk, sedangkan ayat yang kedua menunjukkan bahwa manusialah yang mendapatkan petunjuk. Hidayah Allah pada ayat yang pertama adalah ‘penciptaan’ hidayah pada diri manusia maksudnya menjadikan kecenderungan untuk mendapatkan hidayah. Sementara pada ayat yang kedua menunjukkan bahwa manusialah yang menjadi pelaku secara langsung terhadap sesuatu yang diciptakan oleh Allah, berupa kecenderungan untuk mendapatkan hidayah sehingga hidayah diperoleh. Karena itu Allah berfirman dalam ayat yang lain:
وَهَدَيۡنَـٰهُ ٱلنَّجۡدَيۡنِ (١٠)
Yaitu jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Maksudnya, Kami menjadikan padanya kecenderungan untuk memperoleh hidayah dan Kami biarkan dia untuk memperolehnya sendiri. Ayat-ayat yang menisbahkan hidayah dan idllal kepada manusia merupakan indikasi syar’i yang menunjukkan pada pemalingan hidayah secara langsung dari Allah kepada hamba. Sedangkan qarinah (indikasi) yang bersifat aqli adalah bahwa Allah Swt menghisab manusia sehingga Allah memberikan pahala kepada orang yang memperoleh hidayah dan menyiksa orang yang berbuat sesat serta menghisab perbuatan-perbuatan manusia. Allah berfirman:
مَّنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَسَآءَ فَعَلَيۡهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـٰمٍ۬ لِّلۡعَبِيدِ (٤٦)
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرً۬ا يَرَهُ ۥ (٧) وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ۬ شَرًّ۬ا يَرَهُ ۥ (٨)
وَمَن يَعۡمَلۡ مِنَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَهُوَ مُؤۡمِنٌ۬ فَلَا يَخَافُ ظُلۡمً۬ا وَلَا هَضۡمً۬ا (١١٢)
مَن يَعۡمَلۡ سُوٓءً۬ا يُجۡزَ بِهِۦ
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَـٰفِقَـٰتِ وَٱلۡكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَـٰلِدِينَ فِيہَاۚ
Ini adalah ayat-ayat yang didalamnya mengandung penisbahan hidayah dan idllal kepada Allah. Adapun ayat-ayat yang mengandung hubungan antara hidayah dan idllal dengan masyi-ah (kehendak) antara lain ayat-ayat:
يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِى مَن يَشَآءُۚ
Pengertian masyi-ah disini adalah iradah (kehendak). Dan makna ayat itu adalah bahwa seseorang tidak memperoleh petunjuk dari Allah secara terpaksa dan tidak pula seseorang menjadi sesat secara terpaksa. Namun, orang yang mengharapkan hidayah (akan) mendapatkannya disebabkan kehendak Allah dan keinginan-Nya, begitu pula orang yang sesat (akan) disesatkan berdasarkan kehendak dan keinginan-Nya.
Sekarang tinggal ayat-ayat yang dipahami bahwa disana terdapat manusia-manusia yang tidak mendapatkan hidayah sama sekali. Contohnya firman Allah Swt:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ (٦) خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡۖ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَـٰرِهِمۡ غِشَـٰوَةٌ۬ۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬ (٧)
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. (TQS. al-Baqarah [2]: 6-7)
كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِہِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ (١٤)
وَأُوحِىَ إِلَىٰ نُوحٍ أَنَّهُ ۥ لَن يُؤۡمِنَ مِن قَوۡمِكَ إِلَّا مَن قَدۡ ءَامَنَ
Adapun firman Allah Swt:
وَٱللَّهُ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَـٰسِقِينَ (٥)
وَٱللَّهُ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ (٢٥٨)
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (TQS. al-Baqarah [2]: 258)
وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَـٰفِرِينَ (٢٦٤)
إِن تَحۡرِصۡ عَلَىٰ هُدَٮٰهُمۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَہۡدِى مَن يُضِلُّۖ
Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya. (TQS. an-Nahl [16]: 37)
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَہۡدِى مَنۡ هُوَ مُسۡرِفٌ۬ كَذَّابٌ۬ (٢٨)
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (TQS. al-Mukmin [40]: 28)
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٲطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ (٦)
Tunjukilah kami jalan yang lurus. (TQS. al-Fatihah [1]: 6)
وَٱهۡدِنَآ إِلَىٰ سَوَآءِ ٱلصِّرَٲطِ (٢٢)
Dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus. (TQS. Shad [38]: 22)
Maksudnya, mudahkanlah kami untuk memperoleh petunjuk, yakni lapangkanlah bagi kami sebab-sebab meraih hidayah.